SMPN 3 KOPANG-Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Djumberansyah Indar, Filsafat Pendidikan).
Ruh pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia (humanisasi) dengan memberikan hak belajar dan pembelajaran guna meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia sejati tanpa paksaan dan penindasan.
Sekolah sebagai sebuah tempat berlangsungnya pembelajaran hendaknya diupayakan sebaik-baiknya dengan segala dukungan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Tidak hanya itu, pendidik dan tenaga kependidikan sebagai managernyapun harus memiliki kompetensi yang memadai guna mendukung dan menunjang serta menjamin proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Dalam konteks pendidikan, lingkungan yang kondusif akan sangat mendukung proses pembelajaran. Siswa sebagai subyek belajar hendaknya merasa aman dan nyaman selama proses pembelajaran berlangsung. Sebab keberhasilan sebuah pendidikan dapat dilihat dari berkembangnya peserta didik sesuai dengan kodratnya, tidak hanya sebagai mahluk ekonomi (individu), juga sebagai mahluk sosial yang memiliki keberdayaan dan kebebasan yang terjamin secara kodrati dan manusiawi.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu membangun motivasi, inovasi dan daya kreasi peserta didik yang akan mengarah pada terbangunnya kemandirian dan kesuksesan hidup. Disinilah peran sekolah sebagai wadah pengembangan life skiil sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat peserta didik.
Konsep di atas harusnya menjadi sebuah keniscayaan bagi pendidikan di negeri ini. Dimana peran-peran strategis guru, pengawas, serta para praktisi pendidikan daerah menjadi acuan dalam membuat dan menentukan sebuah kebijakan.
Selama kebijakan pendidikan masih terkontaminasi dengan kewenangan politis sang penguasa daerah (Bupati/Walikota), maka pendidikan tidak akan pernah menemukan RUHnya sebagai agen of change. Akan selalu ada transaksi haram di bawah meja sebagai perwujudan pengkhianatan jabatan, bongkar-pasang kursi/jabatan serta satuan kerja seolah menjadi mainan yang sangat mengasyikkan, bahkan akan lebih seru lagi ketika bongkar-pasang jabatan tersebut diwarnai dengan adu kehebatan backing, adu massa politis, dan yang paling lumrah adalah mengadu sang proklamator (rupiah).
Begitu sengitnya permainan yang disebut mutasi tersebut, hingga sangat berpengaruh terhadap iklim sekolah sebagai daerah kekuasaan sang gambler. Maka jangan heran, jika kualitas peserta didik kita akan tetap terpuruk.
Rendahnya kualitas peserta didik kita bukanlah disebabkan oleh buruknya kurikulum unsich, namun penyebab utamanya adalah kondusifitas dan kemandirian dunia pendidikan kita yang belum sepenuhnya merdeka, merdeka dari cengkeraman setan-setan politik yang selalu menggoda para penentu kebijakan untuk terus terperangkap dalam bayang-bayang semu yang tak berkesudahan.
Terjadinya pembodohan dan penindasan bahkan sampai memakan korban jiwa pada penyelenggaraan Masa Orientasi Siswa (MOS), menjadi bukti sejarah kelam burukya kualitas dunia pendidikan kita. Belum lagi hasil-hasil Ujian Nasional (UN) siswa beberapa tahun terakhir ini (terkhir tahun 2014), merupakan hasil yang penuh rekayasa dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, hal ini sangatlah jelas merupakan dampak dari ketakutan-ketakutan para pemimpin lembaga yang notabene merupakan kaki tangan daerah, sangat apik menjaga kredibilitas daerahnya dalam prosentase kelulusan peserta didiknya dimata pusat dan daerah-daerah lain.
Sebentar lagi dunia pendidikan akan memasuki tahun ajaran baru yaitu tahun pelajaran 2015/2016, dimana sekolah-sekolah sudah hampir mendapatkan 75% pendaftar siswa baru yang akan menjadi warga baru di lingkungan sekolah mereka. Sebagaimana program-program tahun sebelumnya, maka Masa Orientasi Siswa (MOS) pun sebentar lagi akan dilaksanakan. Berdasarkan kalender pendidikan kabupaten Lombok Tengah yang dikeluarkan oleh kantor Dikpora kabupaten Lobok Tengah, bahwa MOS akan dilaksanakan pada tanggal 9-11 Juli 2015.
Hal penting yang mesti menjadi catatan para pengelola lembaga pendidikan adalah melakukan pengawasan dan pendampingan MOS, khususnya di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang biasanya MOSnya langsung ditangani OSIS yang cenderung menerapkan cara-cara lama hasil warisan kakak-kakak kelas mereka, yaitu kegiatanPerpeloncoan yang mengedepankan nilai destruktif  bukan nilai edukatif seperti perintah membuat ornamen-ornamen konyol yang membuat malu peserta didik baru, memberikan hukuman fisik yang berlebihan, dan seringkali kegiatan ini memberatkan orang tua peserta didik dengan segala macam bawaan peserta MOS.
Pada beberapa sekolah, Masa Orientasi Siswa (MOS) menjadi ajang perpeloncoan sebagai  sarana untuk melakukan balas dendam, dimana kegiatan yang pada awalnya merupakan kegiatan yang menyenangkan berubah menjadi kegiatan yang penuh tekanan. Sangatlah tidak etis bahwa dalam kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS)  diwarnai kekerasan hingga menyebabkan luka-luka, trauma, bahkan kematian pada siswanya. Masa Orientasi Siswa (MOS)  harusnya dijadikan ajang membangun hubungan dan mempererat tali persaudaraan antara kakak tingkat dengan adik tingkatnya, jangan malah menjadi momok bagi siswa baru ketika memasuki sebuah instansi sekolah yang lebih tinggi.
Jeanne Ellis Ormrod dalam bukunya Education Psychology Developing Learners, mengatakan bahwa sekolah bukanlah sekedar tempat untuk meraih ketrampilan kongnitif dan lingustik. Sekolah juga merupakan tempat berlangsungnya perkembangan pribadi(personal development), yakni saat anak-anak dan remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas dan mengembangkan pemahaman-diri (self-understanding), yang telah muncul semenjak masa bayi dan masa taman kanak-kanak
Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah segera membuat upaya antisipasi guna mencegah korban-korban pembodohan melalui ajang MOS ini, dengan surat edaran kepada kepala-kepala sekolah/lembaga yang ada di wilayahnya.
MOS tidak perlu dihapus, yang perlu dihapus itu adalah tindakan kekerasannya. MOS seharusnya diawasi dan diisi dengan nilai-nilai edukatif dan menyenangkan. Mari bersama-sama membenahi kualitas MOS kita. (hery) - 05